Minggu, 25 Januari 2009

MODEL PENGELOLAAN KABUPATEN KEPULAUAN WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA BERBASIS KLUSTER DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI

Oleh :

MUSLIM TADJUDDAH

1.1 Latar belakang

Sulawesi Tenggara (Sultra) mempunyai luas wilayah daratan diperkirakan 38.140 km² dan luas perairan laut diperkirakan 114.879 km² dengan garis pantai diperkirakan 1.740 Km (Anonymous,2001). Dengan luas perairan dua per tiga dari wilayah daratan maka Sultra dapat digolongkan sebagai Propinsi Maritim di Indonesia. Kabupaten Wakatobi merupakan daerah pemekaran dari kabupaten Buton Provinsi Sultra yang disyahkan dengan Undang- Undang R I No. 29 tahun 2003. Luas Kabupaten Wakatobi diperkirakan sekitar 16.890 Km² atau 1.689.000 ha dimana 95% dari wilayah ini merupakan perairan laut. Kabupaten Wakatobi Propinsi Sultra terletak antara 5°12' - 6°10 LS dan 123°20' - 124°39' BT.

Kabupaten Wakatobi sendiri di sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores, sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan sebelah barat berbatasan dengan P. Buton (Kec. Lasalimu). Penamaan Kabupaten Wakatobi diambil dari nama pulau-pulau yang ada di sekitar gugusan kepulauan tersebut. Wa diambil dari singkatan P. Wangi-wangi, Ka diambil dari singkatan P. Kaledupa, To diambil dari singkatan P. Tomia dan Bi diambil dari singkatan P. Binongko.

Luas wilayah setiap pulau di Kabupaten Wakatobi antara lain, P.Wangi-Wangi dengan luas 448 km² dan memiliki 9 buah pulau kecil. P. Kaledupa dengan luas 104 km² dan memiliki 24 buah pulau kecil, P. Tomia dengan luas 115 km² dan memiliki 11 buah pulau kecil dan P. Binongko dengan luas 156 km² dan memiliki 4 buah pulau kecil (BPS Kab. Buton,1999).

Sampai saat ini terlihat pengelolaan serta penentuan kebijakan yang berhubungan dengan pulau-pulau kecil masih kurang terkoordinasi dan terpadu, tumpang tindih kebijakan dan keputusan diantara lembaga pemerintah dan non pemerintah seringkali menjadi faktor terhambatnya kegiatan yang sudah ditetapkan bagi pengelolaan dan pengembangan pulau-pulau kecil. Oleh karena itu model perencanaan dan pengembangan pulau-pulau kecil harus dilakukan secara terpadu lintas sektoral dan lintas lembaga serta lintas struktur dari tingkat pemerintahan yang paling tinggi ke tingkat pemerintahan yang paling rendah di tingkat desa, serta lintas waktu antara kegiatan yang direncanakan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya. Tujuan pengelolaan pulau kecil itu sendiri adalah untuk menjaga atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dipulau itu serta untuk memelihara atau meningkatkan kondisi sumberdaya alam yang menjadi sumber kehidupan masyarakatnya. tujuan ini mengandung makna agar menjaga kelestarian pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara memelihara kondisi dan kelestarian sumberdaya alam yang ada. (Wiryawan et el, 1999). Salah satu alternatif untuk menjawab kondisi tersebut diatas dengan membuat model pengelolaan pulau-pulau kecil seperti Kabupaten Kepulauan Wakatobi berbasis kluster dan karakteristik dari setiap pulau yang ada.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan :

1.) Memberikan arahan pengembangan Kabupaten Kepulauan Wakatobi berbasis kluster dan Tipologi setiap pulau

2.) Dengan konsep pengembagan berbasis kluster dan karakteristik tipologi setiap pulau maka azas keterpaduan dan keharmonisan (Networking System) dapat terwujud

1.3 Permasalahan

Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara dewasa ini dihadapkan beberapa permasalahan antara lain :

1.) Kabupaten Kepulauan Wakatobi sebagai wilayah otonom yang baru dimekarkan dituntut untuk segera untuk mengadakan pengembangan wilayah guna mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya

2.) Diharapkan dengan menyusunan strategi kebijakan pengembangan dan pemanfaatan

potensi Kabupaten Kepulauan Wakatobi dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis berbasis kluster dan karakteristk dari setiap pulau yang ada dapat menjawab permasalahan pada point satu diatas.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka makalah ini mencoba memberikan alternatif pemikiran pengembangan kabupaten Kepulauan Wakatobi berbasis kluster dan karakteristik setiap pulau dengan harapan model pengembangan ini dapat menambah khasanah model-model pengembagan pulau-pulau kecil sehingga dapat dijadikan sebagai penunjang sektor ekonomi. Dengan demikian pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dapat lebih dioptimalkan serta terjadi peningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir.

1.4 Metodologi

Metode yang digunakan dalam makalah ini dengan pendekatan deskriptif yaitu berdasarkan studi literatur dan survey lapangan yang dilakukan pada tanggal 22-25 Desember 2008. Disebabkan karena terbatasnya literatur yang didapatkan dan waktu survey yang amat singkat maka kajian pengembagan berbasis kluster dan tipologi Kabupaten Kepulauan Wakatobi dalam makalah ini membatasi dalam kajian secara umum saja.

1.5 Hasil Kajian

Berdasarkan penelusuran literatur dan dari survei yang telah dilakukan maka alternatif pengembangan Kabupaten Kepulauan Wakatobi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kluster berdasarkan dari karakteristik yang dimilki setiap pulau. Kluster tersebut antara lain :

  • Kluster A.

Yang terdiri dari Pulau Wangi-wangi dengan 9 (sembilan) pulau kecil yang dimilikinya. Arahan pengembagannya dapat menjadi pusat perdagangan hal ini disebabkan letaknya yang sangat strategis terutama dalam alur pelayaran Timur – Barat dan mengantisipasi pengembangan kawasan pertumbuhan daerah tetangga yang dikenal dengan istilah kawasan Palawa (Pasar Wajo, Lasalimu dan Wangi-wangi). Untuk itu dalam kluster ini memungkinkan untuk dibangun pelabuhan mongkar-muat yang memadai sebagai sarana dan perasana yang menunjangnya.

Disebabkan perencanaan dan pengembangan pengelolaan kepulauan ini menggunakan strategi keterpaduan pengelolaan (Networking system) dimana masing-masing Kluster (simpul) saling menguatkan, maka dibutuhkan satu kluster (satu pulau) sebagai koordinasi (Mainline). Kluster A yang terdiri dari P. Wangi-wangi dan 9 (sembilan) pulau kecil didalamnya sebagai pilihan yang paling memungkinkan, hal ini disebabkan :

1. Pulau Wangi-wangi memiliki luas wilayah yang paling besar

2. Memiliki infrastruktur yang paling lengkap

3. Jumlah penduduk paling banyak

4. Jumlah uang yang beredar lebih besar diantara pulau yang lain

  • Kluster B

Yang terdiri dari Pulau Kaledupa dan 24 (dua puluh empat) pulau kecil didalamnya dapat menjadi pusat administrasi, mengingat letaknya ditengah kepulauan ini sehingga koordinasi antar pulau dapat lebih efisien, efektif dan ekonomis. Untuk tujuan tersebut perlu dikembangkan sarana komunikasi yang efektif dan murah dengan pembangunan tower telepon selulur dan server internet dalam menunjang lalu-lintas administrasi,seperti pengiriman antar dokumen dapat dilakukan via internet.

  • Kluster C

Yang terdiri dari Pulau Tomia dan 11 (sebelas) pulau kecil didalamnya. Dapat dikembangkan pada sektor wisata bahari (Marine tourism) karena daerah ini memiliki kondisi perairan dan terumbu karang terbaik dari seluruh terumbu karang yang ada di kepulauan ini. Dan salah satu pulaunya yaitu Pulau Runduma merupakan tempat bertelurnya penyu pada musim-musim tertentu seta kondisi sosial dan budaya masyarakat pulau ini sangat mendukung,seperti keterbukaan dan penerimaan pada pendatang yang relatif baik.

  • Kluster D

Yang terdiri dari Pulau Binongko dan 4 (empat) pulau kecil didalamnya pengembangan dapat diarahkan pada sektor industri seperti Industri perikanan dan perkapalan dan pusat pendidikan perikanan dan kelautan seperti sekolah dan pelatihan ABK kapal perikanan dan teknisi dok perkapalan.

1.6 Kesimpulan

Dari hasil kajian dalam makalah ini pengembangan kabupaten Kepulauan Wakatobi yang berbasis kluster dan karakteristik setiap pulau tidak bisa lepas dari sektor perikanan, kelautan dan pariwisata bahari sebagai mainstream pembangunan dimasa yang akan datang.

DAFTAR RUJUKAN

Anonymous, 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2002-2006

Anonymous, 2002. Laporan Akhir Penyelenggaran Pelatihan ICZPM (Buku 3)

Anonymous.2007. Laporan Tahunan Statistik Kabupaten Wakatobi, BPS

Budiharsono,S.2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta.

Dahuri, R. Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

PurwantoJ,2000. Rencana Strategik Pembangunan Kelautan dan Perikanan Terbentuknya Departeman Eksplorasi Laut dan Perikanan Republik Indonesia. (DELP)

Supriharyono. 2000. Pelastarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

1 komentar:

  1. Tulisan anda bagus Sayang sekali sekarang tidak posting tulisan baru. Saya senang dapat menyerap informasi ttg perikanan dari seantero Indonesia.

    BalasHapus