Minggu, 25 Januari 2009

Pengembangan Riset Menuju Perikanan Tangkap Sultra yang Berkelanjutan

Oleh :
Muslim Tadjuddah



Tulisan ini meng-apreciate dari Tulisan rekan saya Dr. Agus Kurnia (Menggagas Perikanan Budidaya Sultra Berkelanjutan) yang dimuat harian ini dua hari secara berurutan (25-26 Januari 2008). Saat ini kita sepakat mengatakan sektor perikanan tangkap Indonesia mulai masuk jalur lambat namun masih dapat diharapkan sebagai sumber pangan ikan dunia dengan melakukan upaya-upaya riset kedepannya

Pendahuluan

Tujuan utama pembangunan kelautan Indonesia sejak awal orde baru adalah bagaimana untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa ada upaya untuk melakukan pemerataan kesejahteraan dan melakukan upaya pelestarian lingkungan semaksimal mungkin. Menurut Rohmin Dahuri (Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis kelautan) Pembangunan kelautan saat itu sangat diwarnai oleh rejim yang bersifat :

1.) Open Access

Siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan berapa saja boleh mengeksploitasi sumberdaya ikan dan lingkungan kelautan.

2.) Sentralistik

Top down, kebijakan pengelelolaan sumberdaya sangat ditentukan oleh pusat sehingga tak jarang didapatkan saat penerapan kebijakan dilapangan tidak tepat sasaran/tidak efektif.

3.) Seragamisasi

Kurang atau tidak memperhatikan keragaman biofisik alam dan sosio-kultural masyartakat lokal /daerah.

Dampak dari kebijakan pengelolaan yang diterapkan seperti itu maka di lapangan terlihat :

· Kerusakan lingkungan berupa overfishing (daya tangkap lebih)

· Kepunahan jenis species tertentu (species extinction)

· Kerusakan terumbu karang

· Degradasi hutan mangrove

· Pencemaran

· Dan lain sebagainya, diberbagai kawasan pesisir dan lautan telah mencapai suatu tingkat yang mengancam kelestarian daya dukung (sustainable capacity) dari ekosistem maritim itu sendiri.

KEADAAN SUMBERDAYA IKAN SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG

Kondisi sumberdaya ikan Indonesia pada masa yang lalu tidak kita bicarakan dalam tulisan ini, yang pasti masa-masa kejayaan melimpahnya sumberdaya ikan di daerah/negara kita telah lewat. Lalu bagaimana keadaan sumberdaya itu sekarang ini. Dari data statistik pemanfaatan sumberdaya ikan nampak jelas terlihat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama di daerah yang padat nelayannya dan memiliki intensitas penangkapan yang tinggi seperti pantai utara jawa, selat malaka dan selatan sulawesi (termasuk disebagian sebesar wilayah perairan sultra) tetapi anehya income yang dihasilkan dari sektor ini (Perikanan Tangkap ) relatift kecil dan menjadi paradoks perikanan tangkap kita.

Produksi perikanan laut dalam dasawarsa terakhir mengalami peningkatan rata-rata 4,95 persen per tahun namun ini masih rendah dari yang diharapkan yaitu sekitar 6 persen per tahun. Salah satu faktor penyebabnya disinyalir adalah banyaknya kapal-kapal asing yang berseliweran(beroperasi) di perairan kita, kapal asing ini beroperasi tidak hanya di perairan ZEE tetapi juga di perairan nusantara menurut data ada sekitar 5000 kapal asing milik Thailand, Filipina, Taiwan, Korea dan RRC beroperasi diperairan kita, Berdasarkan asumsi yang dilansir FAO, kerugian negara akibat illegal fishing mencapai 30 trilyun rupiah pertahun. Dengan tingkat kerugian mencapai 25% dari total potensi perikanan yang kita miliki.

Potensi lestari (MSY/maximum suistanable yield) perairan kita ±6,4 juta ton per tahun sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB/Total Allowable Catch/TAC) adalah sebesar 5,12 juta ton per tahun atau ±80% dari MSY . Menurut data tahun 2003 total hasil tangkapan ikan adalah 4,4 juta ton per tahun sehingga produksi masih terdapat peluang pengembangan ± 720.000 ribu ton per tahun ini terutama pada perairan-perairan seperti Laut Banda, Laut Arafuru (kecuali udang), Laut Maluku dan Laut Sulawesi. Apabila kita menganalisis data perikanan tangkap Indonesia ini maka kedepan kita tidak bisa lagi berharap hasil devisa sektor kelautan dan perikanan berasal dari perikanan tangkap hendaknya mulai sekarang harus ada usaha-usaha subtitusi kearah lain seperti misalnya budidaya laut (Marine Culture) dan lain sebagainya.

ARAH PENGEMBANGAN RISET PERIKANAN TANGKAP INDONESIA
KE DEPAN

Berkaca dari kondisi dan potensi sumberdaya ikan yang semakin menipis maka seyogyanya diperlukan suatu usaha dalam bentuk riset atau penelitian-penelitian yang bertujuan agar sumberdaya ini dapat lestari dan berkesinambungan, tentunya menjadi harapan kita bersama sumberdaya ini masih dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak. Berikut ini beberapa konsep yang perlu kita fikirkan bersama mengenai topik/kajian dalam tatanan pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan kedepan misalnya, diperlukan :

1.) Survey daur hidup larva ikan pada semua species ikan yang berada di wilayah perairan di Sultra.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masa kritis semua larva ikan di wilayah perairan (Early Live Story) sehingga kita dapat melakukan usaha-usaha memperbaiki jumlah populasi atau stok ikan apabila pada suatu keadaan terjadi tekanan penangkapan tinggi atau stok/kelimpahan pada species tertentu mengalami kondisi kritis.

2.) Survey Pola migrasi ikan terutama ikan Pelagis besar dan pelagis kecil di seluruh wilayah peraitan Sultra

Dengan mengetahui pola migrasi ikan kita dapat menentukan musim penangkapan pada wilayah tertentu dan pada species tertentu sehingga upaya penangkapan yang dilakukan dapat semakin efisien dan efektif.

3.) Perlunya riset tentang Zona Marine Protected Area (daerah perlindungan Laut) disemua wilayah perairan di Sultra.

Zonasi ini bertujuan untuk memetakan daerah tempat pemijahan ikan yang tidak boleh dilakukan penangkapan terutama species ikan tertentu yang telah mengalami tekanan ekologis akibat penangkapan yang berlebihan (Over fishing) maupun karena kejadian-kejadian alam.

4.) Survey pola Oseanografi, Meteorologi dan Kontur perairan dalam wilayah perairan di Sultra.

Hasil survey ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data apabila ada keinginan dari pemerintah (birokrasi) dalam mengambil kebijakan mengembangan jenis alat tangkap, terutama alat tangkap yang bersifat pasif seperti set net, bubu dan lain-lain agar alat tangkap ini sesui dengan target species yang diinginkan.

5.) Perlu dirancang kerjasama wilayah pengelolaan perikanan antar provinsi di Indonesia

Kerjasama ini antar pemerintah daerah tentang kapal apa saja dan alat tangkap apa saja yang boleh beroperasi diwilayahnya masing-masing sehingga PEMDA mempunyai adil yang besar dalam pengawasan dan pengelolaan sumberdaya ikan di daerah.

Penutup

Pada akhir tulisan ini penulis berharap semoga masih ada secercah harapan dari sektor perikanan tangkap kedepan dalam ikut mensejahterakan nelayan tradisional kita. Jayalah bangsaku, Jayalah sektor perikanan,Jalesveva jayamahe, justru di laut kita jaya. Wassalam

Penulis, Dosen Program studi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Unhalu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar